Sappuran Sitotor Bahapal, Destinasi yang Tersembunyi

SIMALUNGUN, BANYAK yang belum tahu keberadaan batu berlapis dan air terjun di Raya Humala, Nagori Bahapal Raya, Simalungun. Di lokasi, ada tiga air terjun yang posisinya berdekatan dan berpotensi menjadi destinasi wisata baru. Namun, keindahan alam ini butuh perhatian dan sentuhan pembangunan.

Amatan koran ini, untuk bisa sampai ke lokasi, pengunjung harus melakukan perjalanan selama 20 menit dari ibukota Kabupaten Simalungun, Raya.

Ketua Sanggar Budaya Rayantara, Sultan Saragih  mengatakan, ia bersama anggota dan anak didik di sanggarnya mengaku takjub dengan keindahan alam tersembunyi itu. Apalagi didukung alam yang belum tersentuh dan dapat memanjakan mata serta pikiran.

Dua wisatawan lokal sedang berfoto di Sappuran Sitotor Bahapal
 “Kami ke sana pada 8 Januari 2017silam. Saya dan rombongan cukup kagum dengan keindahan alam yang belum tersentuh itu. Sebelum ke sana, kami menyusuri jalan setapak yang menurun, agar bisa sampai ke lokasi. Yang menarik, selain pemandangan alam pedesaan hutan yang indah dan berhawa sejuk menuju air terjun serta tempat bermain dan rekreasi pemandian itu, bentuk dan struktur batuan air terjun itu juga unik. Bebatuan terlihat berlapis-lapis dan tersusun rapi. Sepanjang lantai dan tebing dinding air terjun, kita dapat melihat berbagai ukuran lapisan batu, mulai batuan tipis, sedang hingga besar, dengan bentuk seperti batu bata, persegi panjang dan kubus,” jelasnya menggambarkan keindahan alam di lokasi.

Selain berwisata alam, lokasi juga bisa dijadikan tempat berwisata tanaman obat khas Simalungun. “Kalau tujuan kita ke sana memang untuk membawa panortor belajar mencintai alam. Termasuk berbagi pengetahuan tentang tawar Simalungun (tanaman obat) di sekitar air terjun. Seperti sidua hupang, sakka dairi, topururus, simanisia, tukkot matua, dan simardilah ni horbou yang diyakini secara turun temurun dapat menjadi obat untuk berbagai macam penyakit,” ujar Sultan.

Namun menurutnya, belajar dari perjalanan saat mengunjungi situs Gunung Padang di Cianjur, Jawa Barat, beberapa waktu silam, ada indikasi bahwa pola air terjun Bahapal dapat memperlihatkan jejak peradaban kuno Simalungun. “Yakni peradaban yang berlangsung pada era peradaban batu nusantara,” ungkapnya.

Sementara itu Monang Saragih Garingging (56), salah seorang warga Sondi Raya , Selasa(18/1) lalu mengatakan, sappuran (air terjun) tersebut berada tepat di dekat ladangnya di persawahan Raya Humala.

Masyarakat sekitar mengatakan sappuran tersebut merupakan Sappuran Sitotor. Tidak hanya itu, di dekat air terjun tersebut juga masih ada air terjun yang jaraknya hanya lebih kurang 150 meter. Ada dua lagi air terjun yang berdekatan dengan Sappuran Sitotor. Warga sekitar biasa menamainya Sappuran Sipalakka dan Sappuran Situa-tua. Air terjun tersebut juga sangat memberikan kenyamanan bagi setiap pengunjung yang datang ke lokasi. Dimana airnya tidak terlalu deras. Ketinggiannya hanya 7 meter dengan kondisi air yang cukup jernih.

Jika hari libur dan musim kemarau, biasanya tempat tersebut cukup ramai didatangi warga. Terlebih anak-anak dan muda-mudi maupun warga sekitar.

“Kita mengharapkan kepada pemerintah agar memberikan perhatian untuk pengembangan daerah tersebut. Karena keindahan alam tersebut sudah pantas dijadikan tempat wisata yang nantinya dapat menambah pendapatan warga sekitar,” tambahnya.

Terpisah, Pangulu Nagori Bahapal Raya, Jan Novri Saragih mengatakan telah membuat perhatian dengan membangun jalan rabat beton yang bersumber dari Dana Desa tahun 2016 menuju lokasi. Dikatakan, saat ini pengunjung tinggal memarkirkan kendaraan di tepi jalan, selanjutnya hanya berjalan lebih kurang 5 menit lagi untuk mencapai lokasi. Namun untuk menjadikannya sebagai daerah tujuan wisata, kata Novri, memang ada arah ke sana. Karena Dana Desa Nagori Bahapal tahun 2017 sudah kita anggarkan untuk pembangunan infrastruktur jalan.

Sementara Kadis Pariwisata Kabupaten Simalungun Resman Saragih mengatakan pihaknya belum mengetahui potensi wisata Sappuran Sitotor Bah Hapal di Nagori Bahapal Raya Kecamatan Raya. Namun menindaklanjuti penemuan ini, Dinas Pariwisata akan mengirimkan tim untuk melakukan survei langsung ke lokasi. Mendata serta mendokumentasikan hal-hal yang dapat diekpos dan mendata infratruktur menuju lokasi.

“Kita belum ada data soal itu. Jika peninggalan sejarah yang memang menarik wisatawan, kita akan orbitkan untuk menjadi objek wisata,” katanya.

Namun, lanjut Resman, jika daerah wisata tersebut di lahan milik warga atau melintasi lahan warga, dibutuhkan dukungan masyarakat. Dukungan dapat berupa pelepasan lahan untuk pembangunan jalan, maupun lokasi parkir.


Sumber  : metrosiantar

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.