Hermann Delago dan Musisi Eropa Wisata Ke Kota Siantar
DANAU TOBA CENTER - Musisi asal negara Austria yaitu Herman Delago, Nadine Beiler, The JB’s Band dan penyanyi asal Belanda, Bernadeta Astari mengunjungi sejumlah objek wisata yang ada di Kota Pematangsiantar. Rombongan diarak menggunakan BSA yang dipimpin langsung President BOM,S Erizal Ginting didampingi Kepala Dinas Pariwisata, Fatimah Siregar dan Ketua KONI Pematangsiantar Jayadi Sagala, Rabu (9/8).
Rombongan yang terlibat untuk Tobatak festival Open Air Stage Tuk-Tuk Siadong Pulau Samosir pada 12 Agustus ini, berangkat dari Sapadia Hotel kemudian menuju Icon Pematangsiantar yaitu tunggu becak BSA. Dilanjutkan melihat gedung Balai Kota serta museum Simalungun.
Terakhir singgah di Kok Tong. Nilai sejarah dari semua objek yang dikunjungi disampaikan kepada semua musisi.
Menurut Kadis Pariwisata, Fatimah Siregar kehadiran musisi asal Eropa tersebut patut diapresiasi, dan menjadi salah satu poin bahwa Kota Siantar merupakan kota layak dikunjungi.
“Kita mengharapkan mereka itu membawa nilai Siantar ini kepada teman-temannya bahwa ada satu kota sebelum ke Danau Toba yaitu Kota Siantar. Dimana kotanya adalah kota toleransi, kota yang cukup nyaman untuk berkuliner,” jelasnya.
Fatimah mengaku sengaja membawa mereka ke tempat-tempat bersejarah, ikon Siantar dan tempat kuliner yaitu Kok Tong. Sebelumnya, Fatimah berharap juga bisa mengajak rombongan mengunjungi situs bernilai sejarah lainnya.
“Tetapi karena waktunya terbatas tidak bisa kita kunjungi semua. Mereka harus mempersiapkan diri juga untuk konser. Intinya kita berharap mereka membawa cerita wisata ini ke negaranya,” katanya, seperti yang dilansir oleh Metrosiantar.com.
Masyarakat Kota Pematangsiantar, lanjut Fatimah, aga belajar menerima wisatawan, baik manca negara maupun lokal. Pegiat wisata Siantar memanfaatkan pengunjung destinasi Danau Toba untuk berwisata di Kota Siantar.
“Kita menginginkan menjadi tuan rumah wisata seperti daerah lain. Boleh ke Lembang tetapi menginapnya di Bandu. Demikian juga dengan Kota Siantar, boleh ke Danau Toba tetapi menginapnya di Kota Pematangsiantar. Yang kita tawarkan adalah wisata kuliner, sejarah dan lainnya. Termasuk kita saat ini mengambil becak, karena satu-satunya kendaraan seperti ini hanya ada di Siantar,” terangnya.
Sementara Erizal Ginting tidak lupa memberikan apresiasi kepada musisi Autria dan Belanda karena menyempatkan diri berkeliling objek wisata di Siantar.
Kunjungan ini, menurut Erizal Ginting, merupakan tugas bersama untuk menjadikan sebagai pilot projek. “Kita mari sama-sama peduli kepada semua turis dan tamu yang datang. Mari kita memberikan peluang untuk mengekspos nilai-nilai yang ada di Kota Pematangsiantar,” jelasnya.
Erizal Ginting menegaskan, kota ini memiliki banyak keunggulan dengan nilai-nilai yang tersimpan didalamnya, baik dari wisata sejarahnya, kuliner, dan wisata keberagaman agamannya. “Di Kota Pematangsintar memiliki gereja dan mesjid yang cukup lama berdiri. Demikian dengan patung Dewi Kwan Im dari agama Buddha,” ucapnya.
Dalam kesempatan itu, rombongan Herman Delago mengatakan Kota Siantar memiliki nilai sejarah yang layak dibanggakan khususnya nilai kesenian yang masih tetap tersimpan.
“Saya melihat museumnya cukup menarik dengan adanya barang-barang bersejarah berusia cukup lama yaitu sekitar 300 tahun yang lampau. Saya tertarik dengan gendang, tagading yang sudah tua masih jaga,” katanya.
Herman juga tertarik dengan BSA sebagai becak yang unik. Apalagi produksi sepeda motornya dari luar yang hanya tersisa di Kota Pematangsiantar. (MS/DTC)
Rombongan musisi Eropa didampingi Presiden BOMS SH Kusma Erizal Ginting SH singgah di Balai Kota Siantar. / Foto: metrosiantar.com |
Rombongan yang terlibat untuk Tobatak festival Open Air Stage Tuk-Tuk Siadong Pulau Samosir pada 12 Agustus ini, berangkat dari Sapadia Hotel kemudian menuju Icon Pematangsiantar yaitu tunggu becak BSA. Dilanjutkan melihat gedung Balai Kota serta museum Simalungun.
Terakhir singgah di Kok Tong. Nilai sejarah dari semua objek yang dikunjungi disampaikan kepada semua musisi.
Menurut Kadis Pariwisata, Fatimah Siregar kehadiran musisi asal Eropa tersebut patut diapresiasi, dan menjadi salah satu poin bahwa Kota Siantar merupakan kota layak dikunjungi.
“Kita mengharapkan mereka itu membawa nilai Siantar ini kepada teman-temannya bahwa ada satu kota sebelum ke Danau Toba yaitu Kota Siantar. Dimana kotanya adalah kota toleransi, kota yang cukup nyaman untuk berkuliner,” jelasnya.
Fatimah mengaku sengaja membawa mereka ke tempat-tempat bersejarah, ikon Siantar dan tempat kuliner yaitu Kok Tong. Sebelumnya, Fatimah berharap juga bisa mengajak rombongan mengunjungi situs bernilai sejarah lainnya.
“Tetapi karena waktunya terbatas tidak bisa kita kunjungi semua. Mereka harus mempersiapkan diri juga untuk konser. Intinya kita berharap mereka membawa cerita wisata ini ke negaranya,” katanya, seperti yang dilansir oleh Metrosiantar.com.
Masyarakat Kota Pematangsiantar, lanjut Fatimah, aga belajar menerima wisatawan, baik manca negara maupun lokal. Pegiat wisata Siantar memanfaatkan pengunjung destinasi Danau Toba untuk berwisata di Kota Siantar.
“Kita menginginkan menjadi tuan rumah wisata seperti daerah lain. Boleh ke Lembang tetapi menginapnya di Bandu. Demikian juga dengan Kota Siantar, boleh ke Danau Toba tetapi menginapnya di Kota Pematangsiantar. Yang kita tawarkan adalah wisata kuliner, sejarah dan lainnya. Termasuk kita saat ini mengambil becak, karena satu-satunya kendaraan seperti ini hanya ada di Siantar,” terangnya.
Sementara Erizal Ginting tidak lupa memberikan apresiasi kepada musisi Autria dan Belanda karena menyempatkan diri berkeliling objek wisata di Siantar.
Kunjungan ini, menurut Erizal Ginting, merupakan tugas bersama untuk menjadikan sebagai pilot projek. “Kita mari sama-sama peduli kepada semua turis dan tamu yang datang. Mari kita memberikan peluang untuk mengekspos nilai-nilai yang ada di Kota Pematangsiantar,” jelasnya.
Erizal Ginting menegaskan, kota ini memiliki banyak keunggulan dengan nilai-nilai yang tersimpan didalamnya, baik dari wisata sejarahnya, kuliner, dan wisata keberagaman agamannya. “Di Kota Pematangsintar memiliki gereja dan mesjid yang cukup lama berdiri. Demikian dengan patung Dewi Kwan Im dari agama Buddha,” ucapnya.
Dalam kesempatan itu, rombongan Herman Delago mengatakan Kota Siantar memiliki nilai sejarah yang layak dibanggakan khususnya nilai kesenian yang masih tetap tersimpan.
“Saya melihat museumnya cukup menarik dengan adanya barang-barang bersejarah berusia cukup lama yaitu sekitar 300 tahun yang lampau. Saya tertarik dengan gendang, tagading yang sudah tua masih jaga,” katanya.
Herman juga tertarik dengan BSA sebagai becak yang unik. Apalagi produksi sepeda motornya dari luar yang hanya tersisa di Kota Pematangsiantar. (MS/DTC)
Tidak ada komentar