Danau Toba Miliki Kapal Pesiar

DANAU TOBA CENTER - DARI jauh tampak seperti sebuah rumah adat Batak yang mengapung di atas air. Namun, setelah dekat ternyata sebuah kapal yang berlayar menuju se­buah pelabuhan di Tomok, Danau Toba, Samosir, beberapa waktu lalu.

Itulah "kapal pesiar" milik Pe­merintah Kabupaten Samosir yang bentuknya seperti rumah adat Batak, lengkap dengan ornamen ukirnya, yang hendak mengantar rombongan keluarga berwisata dengan rute Tomok, Batu Gantung, Parapat, Air Terjun Situmurun Binanga Lom, To­mok. Paket wisata di sekitaran Danau toba itu bisa djangkau dalam 6 hingga 8 jam dengan biaya sekitar Rp3 juta hingga Rp4 juta.

Rumah adat Batak dibangun de­ngan bahan kayu yang berasal dari pohon yang besar dan tinggi. Tiang-tiang berbentuk kayu bulat (log) yang telah diserut, se­mentara dinding dan lantai dibe­lah dari pohon besar dan panjang sehingga ukuran papannya tebal, lebar, dan panjang. Atap ber­bentuk prisma segitiga dengan ba­gian atas yang melengkung de­ngan ujung depan dan bela­kang menjulang tinggi.

Butuh pohon yang banyak me­nye­babkan konstruksi rumah adat ukuran 6 m x 8 m bisa makan waktu 3 s.d. 5 tahun, sementara menipisnya bahan baku pohon berakibat tidak ada lagi rumah adat yang dibangun dalam kurun waktu tiga generasi terakhir.


Danau Toba Miliki Kapal Pesiar

Demikian pula kapal pesiar Sa­mosir, atapnya menjulang tinggi se­hinggga tampak menon­jol dari ke­jauhan. Bagian depan dan bela­kang ditata sedemikian mirip dengan ru­mah adat yang didekorasi dengan uki­ran khas Batak. Namun, bahan-bahannya tidak lagi dari kayu yang besar sehingga tidak akan terlihat tiang-tiang berbenuk kayu bulat.

Kapal ini berukuran panjang 21,5 m dan lebar 7 m dengan bobot 10 gt. Strukturnya hampir seluruhnya terbuat dari bahan kayu sehingga bobotnya lebih berat dibanding kapal sejenis yang berkonstruksi baja.

Bobot yang berat membuat kapal ini lebih stabil dan tahan terhadap guncangan gelombang sehingga cocok untuk tujuan pelesir meski kecepatan menjadi berkurang.

"Tujuannya 'kan untuk pelesir dan menikmati keindahan alam, jadi kecepatan menjadi nomor dua," kata Pilippi Simarmata, Kepala Bidang Pengendalian Usaha Pariwisata Dinas pari­wisata Kabupaten Samosir yang mengawasi proses kon­struk­si hingga operasional kapal pesiar ini.

Dengan mesin diesel berke­kuatan 100 tenaga kuda, kapal ini berlayar dengan kecepatan 7,5 knot atau sekitar 12 hingga 13 km/jam.

Konstruksi kayu dengan insta­lasi mesin model "air tawar" membuat getaran mesin berku­rang, sementara bahan kayu yang dilapisi aspal yang menutupi lambung kapal menye­babkan suara mesin dapat lebih diredam.

"Sehingga suara mesin relatif tidak terdengar, dan orang yang berakap-cakap bisa lebih leluasa dan tidak terganggu kebisingan," kata Simarmata.

Dalam uji coba melayari perairan Nainggolan-Bakkara yang gelom­bangnya relatif besar, kapal ini tetap stabil dan tidak terlalu goyang diguncang ombak.

Untuk keselamatan, kapal ini di­perlengkapi dengan dua sekoci de­ngan daya tampung 20 orang, pe­lampung keselamatan 65 buah, pe­madam api 3 unit, serta alat pe­nun­juk keadaan darurat "red hand flare". Kapal ini juga dlengkapi kompas dan peralatan GPS untuk panduan arah dan posisi kapal.

Terdapat dua dek, atas dan bawah dengan daya tampung keseluruhan 60 s.d. 70 orang.

Dek bawah terbuka terhadap udara luar, sedangkan dek atas ditu­tupi dinding kaca sehingga lebih kedap suara. Dek atas inilah yang memungkinkan untuk kegiatan rapat (meeting) atau pertemuan bisnis serta kegiatan lain yang lebih khusus.

Di dek bawah disediakan LCD projector dan sound system yang me­madai untuk berbagai tujuan. seperti karaoke. Tersedia pula mini­bar untuk layanan minuman ringan, seperti air putih (aqua). Ke depan ditargetkan minibar ini bisa memberi layanan penyediaan minu­man panas kopi dan teh dan miuman ringan lain lengkap dengan makanan ringan (snack).

Simarmata mengatakan bah­wa saat ini belum tersedia layanan "live music". Namun, bagi penye­wa dibo­lehkan mem­bawa alat musik, seperti gitar atau keybord, untuk mengiringi lagu kalau ingin bernyanyi.

Di bagian belakang dek atas, terdapat balkon yang bisa me­nam­pung 12 orang yang duduk santai menikmati embusan angin Danau Toba atau hangatnya sinar mentari, sementara di bagian depan kapal terdapat dua patung besar laki-laki berpakaian adat layaknya sedang "manortor" (menari).

Ada dua toilet yang terletak di sebelah kiri dan kanan dek bawah bagian belakang. Toilet ini didi­sain ramah lingkungan dan tidak mence­mari air danau.

Sejak diluncurkan 28 Desem­ber 2017 hingga kini telah disewa secara borongan (charter) se­banyak delapan kali oleh rom­bo­ngan keluarga dari Medan, Kisa­ran, Parapat, dan Sa­mosir sendiri.

Menurut Bupati Samosir Rapi­din Simbolon dalam perbin­ca­ngan dengan Antara awal pekan lalu, satu keluarga asal Medan yang menyewa kapal pesiar tersebut menyatakan rasa puas dan ingin menggunakan kembali di kemudian hari Sambil menun­jukkan layar telepon seluler­nya, Bupati memperlihatkan foto-foto dan ungkapan rasa puas ke­luarga tersebut yang dikirim kepa­danya lewat aplikasi WhatsApps (WA).

"Saya yakin ke depan pasarnya akan tumbuh dan laya­nan kapal ini akan menjadi bisnis yang men­janjikan," kata Rapidin Simbolon.

Menurut Friska Boru Naibor­hu, karyawan Dinas Pariwisata Kabu­paten Samosir yang menge­lola mana­jemen kapal tersebut, selain untuk tujuan wisata, kapal ini bisa dimanfaatkan untuk pertemuan bis­nis, rapat (meeting), atau acara ke­luarga, seperti pesta ulang tahun dan pesta pernikahan ukuran terbatas.

"Sambil berwisata menikmati ke­indahan alam, bisa diambil ke­pu­tusan penting, atau bisa dicapai ke­sepakatan bisnis," katanya.

Tarif sewa kapal, yaitu 1 jam pertama Rp1 juta, 1 jam kedua Rp500 ribu, 1 jam ketiga Rp500 ribu, dan 1 jam keempat gratis, lalu berulang seperti yang awal untuk jam berikut­nya sehingga secara total biaya sewa tergan­tung lamanya penggunaan. Untuk penggunaan selama 8 jam biaya­nya Rp4 juta.

Tarif itu dinilai relevan sebab kapal serupa dengan ukuran hampir sama atau lebih kecil namun fasilitas terbatas, untuk penggunaan selam 8 s.d. 10 jam dibanderol Rp3,5 juta.

Di Tomok, Tuktuk, atau di Para­pat, terdapat puluhan kapal yang bisa disewa untuk pelayaran wisata. Na­mun, tidak memiliki fasilitas seperti di kapal pesiar milik Pemkab Sa­mosir tersebut.

Kehadiran kapal pesiar ini diha­rapkan dapat mendukung program pengembangan pari­wisata Danau Toba secara kese­lu­ruhan, terutama mengha­dapi target kunjungan wisa­tawan mancanegara (wisman) satu juta orang pada tahun 2019.

Berbagai obyek wisata di sekitar Danau Toba bisa dijang­kau dengan kapal ini, yang diharapkan dapat meningkatkan lama tinggal wisa­tawan.

Kapal ini memang tidak layak dibandingkan dengan kapal pe­siar sungguhan yang mewah dan wah, yang berlayar di samudera raya, te­rutama dalam hal ukuran dan fa­silitas. Namun, tujuan keduanya sama adalah pelesir dengan nya­man.

LIHAT JUGA Cara Penggalangan Dana Yang Kreatif di Kota SIantar 



Sumber  : Ana 

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.