Produk Olahan Tanaman Khas DanauToba Laku Keras di Inacraft 2018
JAKARTA, Produk olahan tanaman khas kawasan Danau Toba laris manis selama
penyelenggaraan Inacraft 2018 di JCC Jakarta yang berakhir, Minggu (29/4/2018). Spesies endemik langka yang habitatnya terbatas pada daerah sekitar Danau Toba itu, yakni pohon andaliman, dari tangan-tangan kreatif anak Sumatera Utara (Sumut) berhasil dijadikan komoditas ekonomis, yang laku keras antara lain sambal andaliman, sasagun andaliman dan bubuk masak andaliman Toba.'
Sejumlah turis mancanegara yang berkunjung ke Paviliun Sumut semuanya mengaku kagum atas
kreativitas bernuansa Danau Toba ketika diwawancarai wartawan. “Kami sudah lama kenal Danau Tobayang tersohor. Dengan adanya produk kreatif bernuansa Danau Toba, khususnya produk olahan darispesies endemik, selain untuk pelestarian lingkungan juga bermanfaat secara ekonomis. ‘Good’ untukToba,” ujar Barbara dan Carmel, turis asal Belanda dan Jerman hampir senada.
Beberapa both yang hadir di Paviliun Sumut memang menonjolkan nuansa Danau Toba, meski sejumlah both lainnya dari sekira 57 both di Paviliun Sumut itu juga cukup menarik perhatian pengunjung dengan menampilkan sejumlah komoditas pengrajin Sumut. Seperti ulos dan tenunan dari beberapa daerah di propinsi ini dan hasil kerajinan lainnya. Dari pengamatan wartawan dan catatan sementara setidaknya lebih 150.000 pengunjung singgah ke Paviliun Sumut hingga hari terakhir.
Khusus tentang spesies endemik Danau Toba andaliman yang menarik minat pengunjung, hal ini
terutama dikarenakan produk olahan kreatif ini bernilai konservasi keanekaragaman hayati. Jadi tidak
heran, bukan hanya pengunjung dalam negeri, khususnya para perantau asal Sumut yang datang dari
berbagai propinsi di Indonesia, melainkan juga turis mancanegara betah berlama-lama di both Sumut danberlomba-lomba mencicipi sample produk ini, lalu membelinya.
Konservasi hayati ini mampu memberikan nilai tambah ekonomi sekaligus memberikan nuansa baru bagi membangkitkan nilai-nilai kearifan tradisional lokal Sumut ke alam modernisasi, seperti sambal
andaliman dan bubuk masak Toba yang rasanya diakui lezat di lidah turis mancanegara, apalagi lidah
nusantara, yang sempat mencicipi produk olahan ini.
Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo maupun Gubernur Sumut Dr Ir HT Erry Nuradi MSi menjawab wartawan secara terpisah mengakui even yang selalu dinantikan para pelaku industri kreatif sektor kerajinan ini memang signifikan untuk mengangkat potensi lokal dan mendongkrak nilai jual produk kerajinan seni dan budaya Sumut. “Bagus, saya memberi apresiasi atas komitmen Sumut yang bersedia menjadi ikon Inacraft ke-20 tahun 2018 sejak 25 hingga 29 April 2018,” ujar Mendagri menjawab wartawan ketika bertemu di Bandara Soekarno Hatta.
Kadis Lingkungan Hidup Sumut Dr Ir Binsar Situmorang MSi MAP selaku penanggung jawab Both Dinas Lingkungan Hidup pada Paviliun Provinsi Sumut di Inacraft 2018 yang menyajikan produk-produk olahan kreatif berbabis konservasi keanekaragaman hayati dan pelestarian lingkungan hidup, juga mengakui produk tanaman andalimantelah mendapat pengakuan LIPI sebagai tanaman khas Danau Toba yang baik untuk kesehatan, mengandung vitamin C baik dan juga anti oksidan. “Kita bekerjasamma dengan Taman Eden 100. Juga sudah ada penelitian dari LIPI,” jelasnya.
Koordinator Both Dinas Lingkungan Hidup Sumut Rismawati Simanjuntak yang juga Kabid Peningkatan Kapasitas Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Sumut mengemukakan pihaknya dalam paradiga baru pelestarian lingkungan dan ekosistem terus berupaya mengembangkan konservasi yang berwawasan lingkungan dan ekonomi. Hal ini sejalan dengan program ekonomi kreatif. Dalam hal ini, pohon andaliman yang merupakan spesies endemik Danau Toba dan sempat tergolong langka, kini sudah bisa dilestarikan dengan baik dan diolah menjadi produk ekonomi seperti sambal andaliman, sosagun dan bubuk Toba.
“Keanekaragaman hayati dan keindahan alam merupakan anugerah yang tidak terhingga , maka dari itu kita harus bersyukur kepada Yang Maha Kuasa dengan cara menjaga, merawat dan melestarikannya. Di angan-tangan generasi bangsa kreatif, upaya menjaga, merawat dan melestarikannya itu dapat diolah menjadi nilai ekonomis,” ujar Risma yang selama Inacraft tampak tetap semangat memberikan penjelasan dan pemahaman tentang produk olahan spesies endemik Danau Toba ini.
Pada Inacraft 2018 ini sejumlah produk olahan kreatif dari limbah juga ditampilkan dan sebagian dijual kepada pengunjung yang juga mendapat sambutan positip. Beberapa produk kreatif dari bahan limbah tersebut seperti vas bunga dan aneka barang rumah tangga yang dibuat dari anyaman koran bekas, barang dari anyaman botol plastik air mineral bekas dan barang dari anyaman olahan encenh gondok. Beberapa barang olahan limbah ini merupakan hasil tangan-tangan kreatif dari para siswa sekolah binaaan berwawasan lingkungan.
Secara umum, tenunan ulos dan songket berbagai etnis Sumut juga banyak dibeli pengunjung. Produk
Sumut memang terasa menonjol dalam pameran ini karena tahun ini Inacraft menampilkan produk
kerajinan, seni dan atraksi budaya Sumatera Utara sebagai ikon.
Vice Chairman Corporation and Promotion, Association of Expert and Producers of Indonesia Handicraft (Asephi), Gusmardi Bustami, mengatakan, pemilihan Sumatera Utara sebagai ikon tidak lain karena ingin mengenalkan Sumatera Utara yang selama ini lebih terkenal karena destinasi wisatanya.
“Sumatera Utara itu mempunyai kesenian dan kebudayaan yang banyak, yang selama ini tidak dikenal, maka dari itu kami memperkenalkan Sumatera Utara bukan hanya sekadar sebagai destinasi wisata, craftnya banyak, bukan hanya ulos saja, ada tekstil kayu juga dan ini direspon oleh Pemprov Sumut,” tutur Gusmardi saat ditemui di Jakarta Convention Center Jakarta.
Kadis Perindustrian Sumut Alwin Sitorus menyebut selama kegiatan berlangsung, para pengunjung
disuguhkan dengan berbagai jenis produk kerajinan kreatif dan kesenian Sumatera Utara. “Ada hasil
kerajinan berbagai jenis, ada tari Tor-tor, dan yang lainnya. Setiap hari tarian yang disuguhkan berbeda. Selama pameran pun ada backsound khas Sumatera Utara. Jadi bagi orang Sumatera Utara yang sudah lama di Jakarta atau di perantauan lainnya, datang ke Inacraft akan serasa ada di rumah kembali. Begitu juga pengunjung lainnya,” tuturnya.
Sejumlah pengunjung termasuk sejumlah artis yang singgah di Paviliun Sumut mengemukakan warisan kebudayaan dalam bentuk kain ulos dan songket merupakan hasil kerajinan tenun yang selalu memikat mereka karena tenunan ini selalu ditampilkan dalam berbagai upacara adat, penyambutan tamu kehormatan, membangun rumah serta prosesi lain dalam masyarakat.
Menurut mereka Sumatera Utara merupakan provinsi dengan multietnis penduduk yang mendiami.
Kerajinan ulos dan tenunan songket adalah seni kerajinan yang menarik dari suku Batak. Bahan kain ulos terbuat dari benang kapas atau rami di mana warna hitam, putih dan merah mempunyai makna
Sedangkan warna lain merupakan lambang dari variasi kehidupan. Adapun Tenun songket yang
didominasi oleh masyarakat pesisir barat provinsi ini menghasilkan Songket Barus, dengan warna dasar merah tua atau kuning emas.
Tidak hanya seni kerajinan, panorama alam dan kuliner masyarakat Sumatera Utara yang sangat popular, tetapi tradisi upacara adat menjadi kekuatan budaya yang sangat dikenal wisatawan. Keelokan provinsi Sumatera Utara secara khusus itulah yang telah hadir dalam suguhan ikon INACRAFT 2018.
“Mudanmudahan even ini menjadi wadah bagi pengrajin dan penggiat seni budaya Sumut untuk terus melakukan inovasi kreatif,” kata Gubsu didampingi Ketua Dekranasda Sumut Ny Evi Erry Nuradi.
Sumber : waspada
penyelenggaraan Inacraft 2018 di JCC Jakarta yang berakhir, Minggu (29/4/2018). Spesies endemik langka yang habitatnya terbatas pada daerah sekitar Danau Toba itu, yakni pohon andaliman, dari tangan-tangan kreatif anak Sumatera Utara (Sumut) berhasil dijadikan komoditas ekonomis, yang laku keras antara lain sambal andaliman, sasagun andaliman dan bubuk masak andaliman Toba.'
Sejumlah turis mancanegara yang berkunjung ke Paviliun Sumut semuanya mengaku kagum atas
kreativitas bernuansa Danau Toba ketika diwawancarai wartawan. “Kami sudah lama kenal Danau Tobayang tersohor. Dengan adanya produk kreatif bernuansa Danau Toba, khususnya produk olahan darispesies endemik, selain untuk pelestarian lingkungan juga bermanfaat secara ekonomis. ‘Good’ untukToba,” ujar Barbara dan Carmel, turis asal Belanda dan Jerman hampir senada.
Beberapa both yang hadir di Paviliun Sumut memang menonjolkan nuansa Danau Toba, meski sejumlah both lainnya dari sekira 57 both di Paviliun Sumut itu juga cukup menarik perhatian pengunjung dengan menampilkan sejumlah komoditas pengrajin Sumut. Seperti ulos dan tenunan dari beberapa daerah di propinsi ini dan hasil kerajinan lainnya. Dari pengamatan wartawan dan catatan sementara setidaknya lebih 150.000 pengunjung singgah ke Paviliun Sumut hingga hari terakhir.
Khusus tentang spesies endemik Danau Toba andaliman yang menarik minat pengunjung, hal ini
terutama dikarenakan produk olahan kreatif ini bernilai konservasi keanekaragaman hayati. Jadi tidak
heran, bukan hanya pengunjung dalam negeri, khususnya para perantau asal Sumut yang datang dari
berbagai propinsi di Indonesia, melainkan juga turis mancanegara betah berlama-lama di both Sumut danberlomba-lomba mencicipi sample produk ini, lalu membelinya.
Konservasi hayati ini mampu memberikan nilai tambah ekonomi sekaligus memberikan nuansa baru bagi membangkitkan nilai-nilai kearifan tradisional lokal Sumut ke alam modernisasi, seperti sambal
andaliman dan bubuk masak Toba yang rasanya diakui lezat di lidah turis mancanegara, apalagi lidah
nusantara, yang sempat mencicipi produk olahan ini.
Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo maupun Gubernur Sumut Dr Ir HT Erry Nuradi MSi menjawab wartawan secara terpisah mengakui even yang selalu dinantikan para pelaku industri kreatif sektor kerajinan ini memang signifikan untuk mengangkat potensi lokal dan mendongkrak nilai jual produk kerajinan seni dan budaya Sumut. “Bagus, saya memberi apresiasi atas komitmen Sumut yang bersedia menjadi ikon Inacraft ke-20 tahun 2018 sejak 25 hingga 29 April 2018,” ujar Mendagri menjawab wartawan ketika bertemu di Bandara Soekarno Hatta.
Kadis Lingkungan Hidup Sumut Dr Ir Binsar Situmorang MSi MAP selaku penanggung jawab Both Dinas Lingkungan Hidup pada Paviliun Provinsi Sumut di Inacraft 2018 yang menyajikan produk-produk olahan kreatif berbabis konservasi keanekaragaman hayati dan pelestarian lingkungan hidup, juga mengakui produk tanaman andalimantelah mendapat pengakuan LIPI sebagai tanaman khas Danau Toba yang baik untuk kesehatan, mengandung vitamin C baik dan juga anti oksidan. “Kita bekerjasamma dengan Taman Eden 100. Juga sudah ada penelitian dari LIPI,” jelasnya.
Koordinator Both Dinas Lingkungan Hidup Sumut Rismawati Simanjuntak yang juga Kabid Peningkatan Kapasitas Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Sumut mengemukakan pihaknya dalam paradiga baru pelestarian lingkungan dan ekosistem terus berupaya mengembangkan konservasi yang berwawasan lingkungan dan ekonomi. Hal ini sejalan dengan program ekonomi kreatif. Dalam hal ini, pohon andaliman yang merupakan spesies endemik Danau Toba dan sempat tergolong langka, kini sudah bisa dilestarikan dengan baik dan diolah menjadi produk ekonomi seperti sambal andaliman, sosagun dan bubuk Toba.
“Keanekaragaman hayati dan keindahan alam merupakan anugerah yang tidak terhingga , maka dari itu kita harus bersyukur kepada Yang Maha Kuasa dengan cara menjaga, merawat dan melestarikannya. Di angan-tangan generasi bangsa kreatif, upaya menjaga, merawat dan melestarikannya itu dapat diolah menjadi nilai ekonomis,” ujar Risma yang selama Inacraft tampak tetap semangat memberikan penjelasan dan pemahaman tentang produk olahan spesies endemik Danau Toba ini.
Pada Inacraft 2018 ini sejumlah produk olahan kreatif dari limbah juga ditampilkan dan sebagian dijual kepada pengunjung yang juga mendapat sambutan positip. Beberapa produk kreatif dari bahan limbah tersebut seperti vas bunga dan aneka barang rumah tangga yang dibuat dari anyaman koran bekas, barang dari anyaman botol plastik air mineral bekas dan barang dari anyaman olahan encenh gondok. Beberapa barang olahan limbah ini merupakan hasil tangan-tangan kreatif dari para siswa sekolah binaaan berwawasan lingkungan.
Secara umum, tenunan ulos dan songket berbagai etnis Sumut juga banyak dibeli pengunjung. Produk
Sumut memang terasa menonjol dalam pameran ini karena tahun ini Inacraft menampilkan produk
kerajinan, seni dan atraksi budaya Sumatera Utara sebagai ikon.
Vice Chairman Corporation and Promotion, Association of Expert and Producers of Indonesia Handicraft (Asephi), Gusmardi Bustami, mengatakan, pemilihan Sumatera Utara sebagai ikon tidak lain karena ingin mengenalkan Sumatera Utara yang selama ini lebih terkenal karena destinasi wisatanya.
“Sumatera Utara itu mempunyai kesenian dan kebudayaan yang banyak, yang selama ini tidak dikenal, maka dari itu kami memperkenalkan Sumatera Utara bukan hanya sekadar sebagai destinasi wisata, craftnya banyak, bukan hanya ulos saja, ada tekstil kayu juga dan ini direspon oleh Pemprov Sumut,” tutur Gusmardi saat ditemui di Jakarta Convention Center Jakarta.
Kadis Perindustrian Sumut Alwin Sitorus menyebut selama kegiatan berlangsung, para pengunjung
disuguhkan dengan berbagai jenis produk kerajinan kreatif dan kesenian Sumatera Utara. “Ada hasil
kerajinan berbagai jenis, ada tari Tor-tor, dan yang lainnya. Setiap hari tarian yang disuguhkan berbeda. Selama pameran pun ada backsound khas Sumatera Utara. Jadi bagi orang Sumatera Utara yang sudah lama di Jakarta atau di perantauan lainnya, datang ke Inacraft akan serasa ada di rumah kembali. Begitu juga pengunjung lainnya,” tuturnya.
Sejumlah pengunjung termasuk sejumlah artis yang singgah di Paviliun Sumut mengemukakan warisan kebudayaan dalam bentuk kain ulos dan songket merupakan hasil kerajinan tenun yang selalu memikat mereka karena tenunan ini selalu ditampilkan dalam berbagai upacara adat, penyambutan tamu kehormatan, membangun rumah serta prosesi lain dalam masyarakat.
Menurut mereka Sumatera Utara merupakan provinsi dengan multietnis penduduk yang mendiami.
Kerajinan ulos dan tenunan songket adalah seni kerajinan yang menarik dari suku Batak. Bahan kain ulos terbuat dari benang kapas atau rami di mana warna hitam, putih dan merah mempunyai makna
Sedangkan warna lain merupakan lambang dari variasi kehidupan. Adapun Tenun songket yang
didominasi oleh masyarakat pesisir barat provinsi ini menghasilkan Songket Barus, dengan warna dasar merah tua atau kuning emas.
Tidak hanya seni kerajinan, panorama alam dan kuliner masyarakat Sumatera Utara yang sangat popular, tetapi tradisi upacara adat menjadi kekuatan budaya yang sangat dikenal wisatawan. Keelokan provinsi Sumatera Utara secara khusus itulah yang telah hadir dalam suguhan ikon INACRAFT 2018.
“Mudanmudahan even ini menjadi wadah bagi pengrajin dan penggiat seni budaya Sumut untuk terus melakukan inovasi kreatif,” kata Gubsu didampingi Ketua Dekranasda Sumut Ny Evi Erry Nuradi.
Sumber : waspada
Tidak ada komentar